MAY: MATURE
Source: Pexels |
"MATURITY STARTS WHEN DRAMA ENDS." -Unknown
Satu kata yang dapat menggambarkan bulan ini, kedewasaan. Ada satu titik dimana saya merasa tingkat kedewasaan
saya dalam bersikap, bertutur dan berpikir naik ke level yang lebih tinggi. Pastinya,
setelah melewati berbagai kejadian yang cukup menguras energi saya.
Di titik itulah saya bukan hanya
sekedar “mengerti” tetapi lebih “memahami” makna menjadi dewasa.
“Oh… ini yang namanya dewasa” entah berapa kali dalam bulan ini saya
menyebut kalimat tersebut. Karena sangat seringnya saya memergoki diri saya
sendiri berubah sikap, sifat dan cara berpikir.
Dulu, ketika orang lain pergi ke negara A atau mendapatkan penghargaan B
atau menang lomba C atau menjadi pembicara di acara D. Ada hal yang pasti saya
lakukan; saya ingin banget seperti mereka, ya segitu inginnya sampai kepikiran
terus menerus.
Kalo sekarang, lebih tepatnya pada bulan ini saya mendapatkan 2 kabar baik
dari teman seangkatan saya di kampus. Ada satu orang yang memenangkan lomba
esai dari kedutaan dan hadiahnya pergi 2 minggu ke China. Satunya lagi Internship selama 3 bulan ke Thailand. Anehnya saya tidak berkeinginan
secara berlebihan lagi seperti saya yang dulu.
Merasa cukup dengan apa yang
sudah saya miliki merupakan bagian dari menjadi dewasa versi saya. Rasanya malu aja kalo masih merasa ingin yang
berlebihan atas kepunyaan orang lain.
Dulu, ketika semester 3 dimana kuliah dan praktikum pagi masih ada di
jadwal..
Suatu hari ditengah perjalanan saya ke kampus, ban motor saya bocor.
Pada saat itu kesel banget rasanya sama diri sendiri, duh kenapa ga
bangun lebih pagi. Dan tak lupa juga saya kesel dengan keadaan, kenapa ban
bocor pada waktu yang tidak tepat.
Saking tak terbendungnya emosi, saya menelpon ayah sambil nangis cuma untuk
cerita apa yang terjadi sembari meluapkan rasa sedih dan kesal saya.
Sampai kampus saya menghadap asisten laboratorium untuk minta maaf
karena terlambat dan tidak bisa menyembunyikan rasa sedih saya.
Selalu menyalahkan keadaan dan terlalu membesar-besarkan sesuatu.
Sekarang saya semester akhir, awal bulan ini saya pergi ke Bandung
bersama teman seangkatan di program studi. Cerita yang sama terulang, ban motor
saya bocor di tengah jalan menuju ke kampus padahal temen-temen saya sudah siap
di bis untuk berangkat ke Bandung. Jadi, mereka masih menunggu beberapa orang
yang telat, termasuk saya.
Saya langsung memesan ojek online untuk berangkat ke kampus dan
menelpon ayah saya untuk mengambil motor yang saya tinggalkan di jalan dengan
kunci cadangan.
Di perjalanan menuju kampus, sambil menghela nafas saya sadar akan
sikap saya tersebut. Tidak ada lagi menyalahkan dan terlalu kesal dengan
keadaan. Tidak ada lagi nangis-nangis, membesar-besarkan sesuatu. Tidak ada
lagi drama.
Oh ini yang namanya dewasa dalam bersikap.
Kata saya dalam hati.
Comments
Post a Comment