BANGKOK DAY 1: DIVERSITY

Source: Pexels
"Live your life by a compass, not a clock." - Stephen Covey
Fase kedua Southeast Asian Mobility for 21st Century Skills (SAM 21) dilaksanakan di Thailand. Hari-hari menuju keberangkatan EXCITED banget!!

Enam hari berada di Thailand, tiga hari untuk menjalankan program SAM 21 di King Mongkut’s University of Technology Thonburi (KMUTT) dan tiga hari untuk pergi jalan-jalan.

Day 1
Jumat, 19 Mei 2017

Perjalanan dimulai dari bandara Soekarno-Hatta (CGK) jam 11 siang, transit 2 jam di Kuala Lumpur International Airport (KLIA) setelah itu sampai di Bangkok tepatnya Don Mueang International Airpot (DMK) jam 6 sore.

Setelah mendarat, langsung mencari wifi selagi mengantri untuk imigrasi, dapet kabar kalo ada beberapa temen yang ketinggalan pesawat (lagi) dengan orang yang berbeda. Sedih banget denger ceritanya.

1.5 jam mengantri imigrasi akhirnya saya dan ketiga teman saya, yaitu Anna, Chaery, dan Sylvia dijemput Film. Dia merupakan teman satu program SAM 21 yang berasal dari Thailand dan merupakan mahasiswa dari KMUTT.

Yang menjadi highlight dari hari pertama adalah percakapan saya dan ketiga orang teman saya dengan Film ketika perjalanan dari bandara menuju KMUTT. Kita berbeda kebangsaan dan agama pula. Jadi, banyak yang dia pertanyakan ke kita.

Kenapa kita selalu memakai pakaian lengan panjang? Apa yang dimaksud dengan makanan halal? Apa cuma yang mengandung babi aja? Disana apakah ada Chinese? Dan apakah mereka harus pakai baju lengan panjang juga? Disitulah kita berpikir untuk menyampaikan apa yang kita maksud dengan jelas dan baik kepada Film.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam yang dihiasi dengan macetnya kota Bangkok akhirnya kita sampai di hotel yang dimiliki oleh KMUTT. Hotelnya bagus banget dan membuat kita betah. hehe:”)

What I Learned from Day-1
Hidup di Indonesia, terlahir dari lingkungan yang mengajarkan agama sejak kecil mulai dari TK di RA (Raudhatul Athfal), SD di MI (Madrasah Ibtidaiyah), SMP di Madrasah Tsanawiyah, dan SMA di Madrasah Aliyah. Saya mempunyai teman yang semuanya muslim pada saat itu dan tidak ada yang mempertanyakan hal-hal kecil tsb karena kita sepaham.

Di sekolah juga diajarkan tentang perbedaan tapi sangat jarang mempraktekannya langsung. Di Bangkok baru pertama kali dipertanyakan tentang hal-hal seperti itu dan berasa sekali bahwa perbedaan itu nyata. Itu baru di ASEAN, bagimana kalo kita keluar lagi ke benua Amerika dan Eropa?

Berbeda berarti menghargai satu sama lain. Bertanya bukan berarti merendahkan tapi merupakan salah satu bentuk keingintahuan. Kebanyak orang menjudge terlebih dahulu sebelum benar-benar memahami.


Kenapa akhir-akhir ini sering terjadi keributan tentang perbedaan? Karena masing-masing kubu kurang saling menghargai. Berbicara seenaknya tanpa memikirkan perasaan yang berbeda tersebut. 
*ini buat masing-masing kubu ya bukan hanya salah satu:)

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui." (QS. Ar-Rum:22) 

Comments

Popular Posts