#AFTERJAPANTRIP WHAT'S NEXT?


Source: Pexels
Beberapa orang akhir-akhir ini menanyakan apa rencana saya setelah lulus dari universitas?


Setelah pulang dari konferensi di Jepang banyak kewajiban yang harus saya tunaikan, yaitu revisi skripsi dan pemberkasan. Sedih pada awalnya karena kedua hal tersebut terlihat berat dan sulit akhir-akhir ini. Mau lulus aja kok susah banget ya jalan yang harus dilewati. Kata saya dalam hati.


It always seems impossible until it’s done.


Saya melihat banyak teman-teman saya yang sudah selesai pemberkasan untuk wisuda. Sedangkan saya baru akan memulai, dapet tanda tangan dosen penguji pada saat revisi aja susah. Life is more complicated these days. Sedih banget rasanya. Pikir saya saat itu.


Kok jadi keliatan gak bersyukur ya? Kok rasanya rasanya hidup selalu aja ada kurangnya? Padahal kan nikmat akan terus mengalir bukan karena banyaknya keinginan tapi karena banyaknya rasa syukur. Seperti yang tertera jelas di QS. Ibrahim ayat 7.


Semangat saya akhir-akhir ini kembali ketika saya melihat beberapa teman saya mendapatkan tiket PP (pulang-pergi) ke Europe dengan harga kurang dari 5 juta. Btw, mereka juga pernah dapet tiket PP ke Jepang dengan harga yang sangat muraaah. How lucky they are!! Terus mereka kasih wejangan ke saya.


“Kadang yang menghambat seseorang buat maju itu ketakutan dalam diri mereka sendiri. Padahal sebenernya mereka bisa kalo mereka percaya sama dirinya sendiri. Mau kemanapun, lakuin hal apapun, modal berapapun bisa.”


Setelah baca hal itu, saya langsung melakukan evaluasi diri. Akhir-akhir ini saya kurang yakin sama diri saya. Saya kurang yakin bisa ngelewatin ini semua (read: revisi skripsi dan pemberkasan wisuda). Salah satu teman saya yang lain sampai bilang “masa mau nyerah Cu padahal sedikit lagi, tinggal satu langkah lagi” tuh kan saya kurang yakin sama diri saya.


Satu hal lagi yang membuat saya sadar, yaitu snapgram dari salah satu teman saya yang lain.

Many of us unconsciously create dramas in our minds, expecting the worst from a situation only to have our expectations become a self-fulfilling prophecy. Inadvertently, we become authors of our own misfortune. And so we struggle from day to day, from crisis to crisis, bruised and battered by circumtances without realizing that we always have a choice.” – Sarah Ban Breathnach


Kembali ke- beberapa orang akhir-akhir ini menanyakan apa rencana saya setelah lulus dari universitas?


Jawabanya adalah setelah lulus (read: melewati ini semua), saya akan terus mengajar dan menjadi guru di suatu SMK swasta di Jakarta. Karena saya sudah 5 bulan secara resmi mengajar di sana. Saya akan belajar banyak hal dari apa yang sedang saya lakukan sekarang. Masalah-masalah apa saja yang saya temui di diri saya sebagai guru, anak-anak murid saya dan sekolah tempat saya mengajar. Saya akan coba untuk membaca beberapa artikel di jurnal dan berdikusi dengan teman-teman saya untuk mempelajari masalah tersebut dan menemukan solusinya. Menurut saya itu merupakan proses belajar yang sesungguhnya.


 Setelah itu saya mulai mempersiapkan aplikasi pendaftaran beberapa sekolah untuk melanjutkan studi S2 pada akhir tahun ini dan aplikasi untuk apply beasiswa pada tahun 2018 mendatang.

Saling mendoakan ya teman-teman! Apalah kita cuma punya rencana tapi yang menentukan hal tersebut terjadi atau tidak ya ada Allah SWT yang maha mengetahui segalanya. Kita ikhtiar untuk membuat rencana tapi Allah yang menentukan. That’s the point.


Sebenernya saya sedang menyukai satu blog, tentang bagaimana dia bisa survive to make her dreams come true. Tulisannya sangat bisa saya rasakan dan isi dari pesannya tersampaikan dengan baik. Berikut kutipan dari salah satu postingan di blog clarissarizky.com


Anyway, I get to understand that my life will never go as smooth as expected because that’s how it teaches me to be resilient. From the day I got into social science class and saw my dream to be a dentist went out the window, or the day I graduated first from the best school of Psychology in the country just to understand that I simply cannot afford a master degree in clinical psychology at that time and ended up forcing myself to enter corporate life, or those rejected experience from number or scholarship bodies, I know my journey was never smooth, but all those experiences got me to be where I am today.



I learn to be resilient through the hard way. I learn to thrive after setbacks, to be smart(er) after I failed and to forgive after I made a mistake. Now I also know that being resilient is also about understanding that you don’t need all answer for every question, as sometimes things are not meant to be understood, it is meant to be accepted. And by that, you grew.



From a random TED video that I watched during the stress of dissertation writing:

The places where you get the most challenges, is the place you get the most gain


Tulisan ini dibuat untuk menguatkan diri saya sendiri bahwa saya melewati ini semua sampai akhir. agar saya lebih menikmati setiap proses yang harus saya lalui, mengurangi mengeluh dan terus bergerak. Seperti apa yang selama ini saya yakini, keadaan akan berubah ketika kita bergerak bukan hanya diam di tempat.

Cheers for many challenges ahead!!

Comments

Popular Posts